Oleh:
Kyai Haji Shohibul Faroji Al-Robbani
INDEPENDENSIA – Nama Syekh Siti Jenar begitu populer di Indonesia, terutama di kalangan masyarakat Jawa.
Syekh Siti Jenar yang terkenal dengan kalimat “Manunggaling Kawulo Gusti” yang dianggap sebagai bagian dari ajarannya begitu kontroversial sejarah hidupnya, apalagi di kalangan umat Muslimin.
Nama asli Syekh Siti Jenar adalah Sayyid Hasan ’Ali Al-Husaini, dilahirkan di Persia, Iran. Setelah dewasa mendapat gelar Syaikh Abdul Jalil.
Baca Juga: Ternyata ini Alasan Kopassus Dipilih Sebagai Pelatih Militer di Benua Afrika
Dan ketika datang untuk berdakwah ke Caruban, sebelah tenggara Cirebon, Dia mendapat gelar Syaikh Siti Jenar atau Syaikh Lemah Abang atau Syaikh Lemah Brit.
Syaikh Siti Jenar lahir sekitar tahun 1404 M. Sejak kecil Ia berguru kepada ayahnya Sayyid Shalih dibidang Al-Qur’an dan Tafsirnya.
Di usia 12 tahun Syaikh Siti Jenar sudah berhasil menghafal Al-Qur’an. Ketika beranjak 17 tahun, Syaikh Siti Jenar berusia Ia bersama ayahnya berdakwah dan berdagang ke Malaka.
Baca Juga: Transfer Musim Dingin Sudah Dibuka, Toni Kross Memilih Perpanjang Kontrak Bersama Real Madrid
Setiba di Malaka ayahnya, yaitu Sayyid Shalih diangkat menjadi Mufti Malaka oleh Kesultanan Malaka dibawah pimpinan Sultan Muhammad Iskandar Syah.
Saat itu KesultananMalaka adalah di bawah komando Khalifah Muhammad 1, Kekhalifahan Turki Utsmani. Hingga pada akhirnya Syaikh Siti Jenar dan ayahnya bermukim di Malaka.
Kemudian pada tahun 1424 M, Ada perpindahan kekuasaan antara Sultan Muhammad Iskandar Syah kepada Sultan Mudzaffar Syah.
Artikel Terkait
Ini Hal Unik Dalam Perayaan Natal.
Mengenang Sosok Riyanto Anggota Banser Meninggal Akibat Ledakan Bom
Gunung Semeru jadi Ngeri Diselimuti 5 Mitos ini
Menelusuri Kebiasaan Pidato Bung Karno yang Sering Menyisip Bahasa Sunda
Bisa Jadi Referensi. Berikut Khutbah Jum'at Bertema Tahun Baru
Ragam Budaya Memperkokoh Toleransi Masyarakat Bolsel
Messalina Istri Kaisar Romawi Claudius yang Dikenal Nymphomaniac
Pengkhianatan Batalion Anjing Nica Terhadap Kemerdekaan Indonesia
7 Januari 1927, Menjadi Awal Mula Telepon
MPIA Temukan Filamen Sepanjang 3.900 Tahun Cahaya di Bimasakti