Menelusuri Kebiasaan Pidato Bung Karno yang Sering Menyisip Bahasa Sunda

- Selasa, 28 Desember 2021 | 16:17 WIB
Bung Karno (kanan) Presiden Pertama Indonesia. Foto: Istimewa/Instagram
Bung Karno (kanan) Presiden Pertama Indonesia. Foto: Istimewa/Instagram

INDEPENDESIA – Jejak presiden pertama Indonesia, Ir Soekarno atau lebih akrab disapa Bung Karno diwarnai berbagai kisah menarik semasa hidupnya.

Salah satunya, Bung Karno yang sering menggunakan bahasa Sunda saat bercengkrama dengan masyarakat pribumi di tanah jawa.

Hidup di Tatar Priangan tentu membuat Sang Proklamator ini memiliki kemampuan berbahasa Sunda. Selama Bung Karno menjadi orang nomor satu di negeri ini, Bung Karno kerap melontarkan istilah, kalimat dan idiom-idiom berbahasa Sunda.

 Baca Juga: Aris dan Lydia Makin Mesra. Berikut Sinopsis Drama Series Layangan Putus Episode 7A-7B

Dilansir di Pikiran-rakyat.com, kemampuan berbahasa Sunda Bung Karno ditunjukan pada rapat raksasa di Alun-Alun Bandung, pada 20 Mei 1963.

Dalam pidato bertajuk Sosialisme Bukan Benda Jang Djatuh Dari Langit itu, Sukarno banyak memakai bahasa Sunda. Tengok saja saat ia membuka pidatonya sebelum mengucapkan salam kepada masyarakat.

"Sebagai biasa saja itu minta sembojan-sembojan, spandoek-spandoek digulung. Sudah saja batja semua. Gulung, gulung, gulung atau diturunkan. Eta, digulung, gulung, gulung, eta gulung terus, eta anu Bereum, gulung terus..........Tah kitu, eta anu bodas oge digulung. Henteu bisa digulung, dimiringkeun. Eta anu bodas oge dimiringkeun........Tah kitu, benar, benar, benar."

 Baca Juga: Istri Ketahuan Wik-wik dengan Ayah Kandung, Jumali Membabi Buta

Kalimat-kalimat pembuka tersebut bertaburan istilah dan kata-kata Sunda macam eta,henteu, bereum, bodas, tah kitu yang menunjukkan perintah kepada massa rapat raksasa itu guna menggulung atau memiringkan spanduk, semboyan berwarna merah atau putih sebelum Bung Karno memulai pidato.

Bagian lain pidato itu juga dipenuhi kata dan kalimat-kalimat bahasa Sunda seperti ucapan terima kasihnya kepada massa yang telah menyaksikan upacara sidang paripurna MPRS yang menetapkannya sebagai presiden seumur hidup.

Nuhun, nuhun, nuhun, dulur-dulur nuhun, nuhun (Terimakasih, saudara-saudara)." Bung Karno paham betul massa rapat raksasa yang dihadapinya merupakan warga Bandung yang kesehariannya berbahasa Sunda. Sebagai orator ulung, ia paham  pesan-pesannya dengan sisipan bahasa ibu dari massa yang dihadapinya bakal lebih menarik dan dipahami.

 Baca Juga: Pingsan saat Sidang, Kondisi Muhammad Kece Tersangka Penistaan Nabi Muhammad Kini Membaik

Apalagi, ia juga memang pernah hidup di Bandung sehingga mengenal betul daerah dan masyarakatnya. Untuk urusan kesamaan identitas wilayah ini, ia tak lupa menyisipkan dalam pidato tersebut.

"Aku Saudara-saudara  meskipun sekarang berdiam di Djakarta, dulu aku berdiam di Bandung. Kapungkur teh Bung Karno urang Bandung (Aku Saudara-Saudara meskipun sekarang berdiam di Jakarta, dulu aku berdiam di Bandung. Dulu Bung Karno orang Bandung)," ucapnya.

Halaman:

Editor: Suprianto Suwardi

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Inilah Sejarah Singkat Kerajaan Banggai

Kamis, 20 Januari 2022 | 06:05 WIB

Terpopuler

X